LAPORAN
PRAKTIKUM
SISTEM
PERTANIAN TERPADU DAN AGROFORESTRI DI DESA PUNGGUR KALIMANTAN BARAT
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pertanian Terpadu dan Agroforestri
Disusun Oleh:
USMAN C1011141141
MUSTIKA
ARSRI 150510140122
TITO
AKRAM MARZUQ 4442141863
AHMAD
SUBUH C1011141112
MARDIANSYAH C101114012
FINKY C101113077
Kelas:
Agroteknologi D
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2016
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya
untuk Allah Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena
atas rahmat dan hidayah-Nya semata kami telah menyelesaikan makalah “Sistem Pertanian Terpadu dan Agroforestri di
desa Pungkur Kalimantan Barat” tepat pada
waktunya.
Salawat dan salam
semoga senantiasa tercurah lestari pada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan
seluruh umatnya yang setia terhadap ajarannya hingga akhir zaman.
Makalah ini dapat
diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT karena telah memberikan rahmat serta karuniaNya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2.
Bapak dosen sebagai pembimbing sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
3.
Rekan-rekan kelas Agroteknologi D yang telah memberikan
bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca (Aamiin).
Pontianak, 09 Desember 2016
Penyusun
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
LAMPIRAN....................................................................... ........................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kondisi
hutan di Indonesia saat ini sangatlah memperhatikan, karena terus mengalami
penyusutan setiap tahunnya. Setiap tahun terjadi penyusutan hutan, apalagi di
tambah dengan adanya penebangan liar atau illegal logging karena aktivitasnya
yang tidak sah. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka kawasan hutan akan
rusak dan habitatnya akan terganggu, tentunya kita semua tidak ingin itu
terjadi. Penyebab lain yaitu kerusakan illegal logging, kerusakan hutan juga di
sebabkan oleh lemahnya pemantapan hutan yang di tandai dengan buruknya
pengelolaan sumber daya hutan dan terjadinya alih fungsi lahan hutan serta pemerintah juga belum tegas menentukan areal
hutan mana yang harus di alih fungsikan.
Untuk
mencegah hal tersebut maka dilakukan
pemanfaatan hutan karena hutan
merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam tatanan lingkungan dibumi
ini. Hutan memiliki banyak fungsi yang
sangat penting dan berguna bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Pemanfaatan
hutan yaitu dengan sistem agroforestri. Agroforestri dikembangkan
untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengubah hutan dengan cara
agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian. Dengan demikian
kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja
tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke
waktu, sehingga agroforestri merupakan
cabang ilmu yang dinamis dan sangat baik
diterapkan pada masyarakat.
Tetapi
masalah yang dihadapi saat ini, dalam pengelolaan kawasan hutan yaitu masih
rendanya pengetahuan dan keterampilan masyarakat atau petani dalam mengelola
kawasan hutan,melihat rendahnya
proses pengelolaan hutan, maka kami sebagai Mahasiswa melakukan pengamatan
tentang bio-fisik dan cara klasifikasi agroforestri agar mengetahui bagaimana
tingkat proses pengelolaan masyarakat dalam menerapkan system agroforestry pada
kehidupan sehari-harinya.
1.2. Tujuan
·
Untuk mengetahui sistem agroforestri yang dikembangkan di desa Punggur
·
Untuk mengenali
beberapa system Agroforestri dengan
cara mengenali karakteristik dan komponen penyusun Agroforestri yang
ada di Desa Pun ggur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Umum
Pelaksanaan pembangunan nasional
tidak hanya pada sektor – sektor industri atau semacamnya. Pertanian juga
merupakan sektor dalam menuju pembangunan
nasional. Indonesia merupakan negara agraris dengan banyak jenis usaha
yang dapat dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor pertanian.
Kolaborasi bidang pertanian tertentu dapat dihasilkan manfaat yang lebih besar
lagi. Dunia pertanian (perkebunan, pertanian
tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis
dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan usaha pertanian saat ini kebanyakan
masih dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang dapat saling
mendukung tidak dapat optimal. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling
terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi
dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.
Pola pertanian terpadu
sendiri merupakan suatu pola yang mengintegrasikan beberapa unit usaha
dibidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis sehingga
diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang
tinggi. Melalui pertanian terpadu, akan dapat dihasilkan produk-produk
pertanian, perkebunan dan peternakan melalui sinergitas antar unit dengan
mengedepankan kelestarian lingkungan yang selanjutnya akan menghasilkan
peningkatan secara ekonomis karena penambahan nilai daya dan guna melalui
efisiensi dan efektifitas tinggi serta nilai produktifitas usaha yang baik.
Sistem
agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam
secara tumpang-sari dengan satu atau
lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar
mengelilingi petak lahan tanaman pangan,
secara acak dalam
petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan
sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat
beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat),
nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah
seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar
pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang- kacangan, ubi
kayu, sayur-mayur dan rerumputan
atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Sistem agroforestri kompleks. Suatu sistem pertanian menetap yang
berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan diirawat oleh
penduduk setempat, dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai dengan yang
dijumpai di hutan. Sistem ini mencakup sejumlah besar kompnen pepohonan, perdu,
tanaman semusim dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip
dengan ekosistem hutan alam baik primer maupun sekunder.
Pada dasarnya agroforestri terdiri dari 3 komponen pokok yaitu
kehutanan, pertanian, dan peternakan. Ketiga komponen tersebut bisa berupa
pepohonan, tanaman keras, semak-semak, tanaman rambat berkayu, tanaman
pertanian dan hewan-hewan. Keberadaan masing-masing komponen tersebut akan
menghasilkan beberapa sistem agroforestri, seperti agrosilvikultural, yaitu
kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dan peternakan, dalam hal ini
tidak saja hewan ternak untuk pertanian, bisa saja ikan atau lebih. Sedangkan
agrosilvopastura adalah kombinasi komponen atau kegiatan pertanian dengan
kehutanan dan peternakan atau hewan. (Perum Perhutani, 1990) .
Dalam
lingkungan masyarakat lokal dijumpai berbagai bentuk praktek pengkombinasian
tanaman berkayu (pohon, perdu, palem-paleman, bambu-bambuan, dll.) dengan
tanaman pertanian dan atau peternakan. Praktek tersebut dijumpai dalam satu
unit manajemen lahan hingga pada suatu bentang alam (landscape) dari
agroekosistempedesaan. Thaman (1988) mendefinisikan agroforestri tradisional
atau agroforestri klasik sebagai ‘setiap sistem pertanian, di mana
pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman atau pemeliharaan
tegakan/tanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu, sosial-ekonomi dan
ekologis dari keseluruhan sistem (agroecosystem)’. Ada juga yang menyebut agroforestri tradisional/klasik sebagai agroforestri ortodoks (orthodox agroforestry),
karena perbedaan karakter dengan yang diperkenalkan secara modern.
2.2.
Optimalisasi Lahan
Melalui Sistem Agroforestri
Pola
agroforestry merupakan kegiatan yang mengkombinasikan produksi tanaman semusim
(tanaman pangan, obat-obatan, pakan, dll) dengan tanaman kehutanan (dapat
memproduksi kayu, dan jasa lingkungan)
dalam satu hamparan yang sama. Dengan demikian dalam sekali pengusahaan dapat
diperoleh tanaman pangan, kayu energi, tegakan hutan yang baik dapat menjamin
ketersediaan air.
FAO (2006)
mendefinisikan agroforestry sebagai suatu dinamika sistem pengelolaan sumber
daya alam yang berbasis ekologi dengan mengintegrasikan penanaman pohon-pohon
pada lahan pertanian dalam satu kesatuan lansekap. Agroforestry dapat menganekaragamkan dan
melestarikan produksi lahan sehingga dapat meningkatkan manfaat sosial, ekonomi
dan ekologi lahan pada semua tingkatan. Dengan demikian, agroforestry adalah
seni dan pengetahuan untuk memanfaatkan lahan pada hutan alam atau hutan
tanaman, semak, dengan tanaman pertanian dan atau ternak pada suatu unit lahan
dengan meningkatkan keanekaragaman tanaman pertanian dan produktivitas tanaman
kehutanan sekaligus melestarikan sumber daya alam. Pola agroforestry melibatkan berbagai macam
tanaman dengan interaksi yang tinggi antara tanaman kehutanan dengan tanaman
lainnya. Agroforestry dapat dilakukan melalui penanaman pohon pada lahan
pertanian, atau dengan menanam tanaman pertanian di lahan hutan
2.3.
Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikun Agroforestri
dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 3 Desember 2016 pukul 08.00 WIb sampai selesai dan
bertempat di Desa Punggur
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Sejarah
Pada tahun 1885 dikala penebangan
hutan hampir selesai di desa punggur kecil dibuka dan berkembang menja disuatu
kawasan pemukiman masyarakat di kalimanta barat. Setelah penebangan hutan selesai dan bekas belantara itu berubah menjadi
dataran yang subur, maka berdatanganlah suku-suku dan etnis ke kampung yang
baru di buka. Berhubung kampung Punggur kecil sudah semakin luas kawasannya dan
penduduknya semakin bertambah dan sebab-sebab lainnya, maka agar jalannya
pemerintahan desa menjadi lancar dan efektif pada tahun 1938 oleh pemerintah
kerajaan Kesultanan Pontianak Punggur Kecil dipecah menjadi dua yakni Punggur
Kecil dan Punggur Besar, masing-masing oleh Bujang Bin Ahmad ( setelah
menunaikan Ibadah haji dengan nama H. M. Nur bin Ahmad atau H. Bujang bin Ahmad
) sebagai penggawa Punggur Kecil dan Jali bin Lajim sebagai penggawa Punggur
Besar.
3.2. Kondisi Geografis
Ø
Desa :
Punggur Kecil
Ø
Kecamatan :
Sungai Kakap
Ø
Kabupaten :Kubu
Raya
Ø
Provinsi :
Kallimantan Barat
Ø
Jumlah penduduk :11.869
jiwa tahun 2010
Desa Punggur Kapuas merupakan salah
satu desa penyuplai hasil pertanian yang banyak dijumpai di pasar-pasar seperti
pasar Flamboyan, pasar Mawar dan pasar-pasar tradisional lainnya, di kota
Pontianak. Selama ini petani mengeluh dan mengharapkan jembatan tersebut yang
merupakan transportasi mereka belum juga rampung. , mengharapkan kelanjutan
pembangunan jembatan yang menghubungkan desa mereka dengan ibu kota Kecamatan
Sungai Kakap guna menopang perekonomian masyarakat disana. Hingga saat ini
pembangunan Jembatan semi tol yang menghubungkan desa Punggur Kapuas Kecamatan
Kakap belum lagi dilanjutkan. jembatan tersebut merupakan akses tercepat bagi masyarakat untuk menuju ke kota. Jika
nantinya jembatan tersebut telah di bangun sepenuhnya, ke depan masyarakat
tidak perlu lagi menggunakan transportasi penyeberangan kapal klotok karena
cuma itulah akses satu-satunya dari desanya menuju ke kota.
Kabupaten
Kubu Raya merupakan bagian terdepan dari provinsi Kalimantan Barat, secara
geografis terletak diantara koordinat 108o35’ – 109o58’
BT dan 0044’ LU – 1001’ LS. Luas wilayah seluruhnya 6.985,20 Km2, terdiri dari
9 kecamatan dengan 4 kecamatan berada pada wilayah pesisir yang berhadapan
langsung dengan lautan natunan.
Kabupaten
Kubu Raya merupakan kabupaten terdepan di Propinsi Kalimantan Barat, hal ini di
buktikan dengan adanya Bandara Supadio yang berada di Kecamatan Sungai Raya,
Bandara Supadio merupakan pintu masuk menuju Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten
Kubu Raya merupakan kabupaten termuda di Kalimantan Barat. Banyak sekali
kelebihan-kelebihan yang dimiliki Kabupaten Kubu Raya, baik Bandara Supadio itu
smaupun di sector pertanian, perkebunan, peternakan, perikakan, transportasi,
perdagangan dan jasa serta potensi-potensi lainnya yang ada di Kabupaten Kubu
Raya. Namun potensi-potensi itu belum di manfaatkan secara maksimal. Misalnya
masih luasnya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan, potensi perikanan di
Kabupaten Kubu Raya yang belum di maksimalkan, setra asih banyak lagi potensi yang
ada di Kabupaten Kubu raya.
Hal
tersebut dapat terjadi karena berbagai factor di antaranya adalah masih
kurangnya respek Pemerintah Daerah terhadap permasalahan yang ada, minimnay
bantuan modal dari luar, serta masyarakat kabupaten Kubu Raya itu sendiri yang
belum dapat memanfaatkan potensi yang terkandung di Kabupaten Kubu Raya. Hal
itu dapat terjadi karena banyak masyarakat kabupaten Kubu Raya yang masih belum
mengetahui potensi-potensi apa saja yang ada di Kabupaten Kubu Rayayang dapat
dimanfaatkan untukpeningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Kubu Raya.
Potensi
Sumber Daya Alam di Kabupaten Kubu Raya terdiri dari pertanian dan peternakan,
perikanan, perkebunan, kehutanan, per Pertanian untuk komoditas padi dan jagung
merata berada di setiap kecamatan, sentra pertanian dan peternakan terpadu
telah ditetapkan di Kecamatan Sungai Kakap, Rasau Jaya, Kubu dan Terentang
tambangan dan pariwisata.
4
Komoditas Pinang terdapat di Kecamatan Sungai Raya, Kubu dan Batu Ampar,
Kecamatan Teluk Pakedai berpotensi sebagai kecamatan peternakan Walet di
Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya merupakan
wilayah potensial pengembangan Udang beku, wisata agro yang terletak di Desa
Punggur Kecil, serta potensi besar Tambang Pasir di Desa Arang Limbung
Kecamatan Sungai Raya. Serta masih banyak lagi potensi-potensi yang terdapat di
Kabupaten termuda di Kalimantan Barat.
3.3. Data Usaha Tani Sebagai Responden
Praktikum
1. Narasumber
·
Nama :
Bapak Madun Khadir
·
Umur :
70 tahun
·
Pendidikan :
Hanya Sampai SD (Sekolah Dasar)
·
Jumlah tanggungan
keluarga :3
orang
·
Pekerjaan pokok :
Karyawan Dilahan Perkembunan
·
Pendapatan pekerjaan pokok : Rp. 3.000.000
·
Pekerjaan sampingan :
Berkebun Disekitar Rumah
·
Pendapatan pekerjaan sampingan : Tidak Menentu
2.
Luas Usaha Tani dan Produksi
·
Jenis Tanaman
i)
Durian
Durian dalam sisitem budidaya
pada lahan praktikum ini sudah ada sejak tahun 1982 yang mana durian merupakan
tanaman yang menjadi tanaman utama dalam pertanian sistem agroforestri ini.
Durian ditanam dengan jarak tanam ± 10m dengan bentuk persegi. Penanaman durian
hanya dilakukan sesuai dengan siklus alam dengan sendirinya. Seperti penggunaan
pupuk yang berasal dari bahan organik serasah daun yang rontok pada lahan dan
bahan organik lainnya tanpa meggunakan
pupuk kimia sama sekali. Dalam budidayanya juga penanaman durian
digunakan bibit yang dibeli dari pembibitan biji dengan harga Rp3.000 per
bibit. Pengendalian yang dilakukan sangat minimal dengan penyemprotan herbisida
untuk pengendalian gulma sebnyak 2 kali selama setahun.
Penanaman durian dilakukan dengan
sedemikian rupa dan bergantuk proses alam dengan jumlah pohon durian dalam lahan
praktikum ini ±300 pohon.setelah
durian berumur 6-7 tahun durian sudah mulai bisa dipanen. Pemanenan durian
memiliki bebebrapa kendala yaitu buah durian yang sering rontokdan busuk
berulat. Hasilyang diperoleh setiap pemanenan durian sebanyak 30.000 buah durian dengantotal pendapatan
berkisan Rp 200.000.000 setiap pemanenan. Pemanenan tergantuk musiman durian
datang dan tanaman menghasilkan. Untuk pemasaran sendiri pada awalnya dilakukan
langsungoleh pembeli dengan datang ke kebun
lalu mematok harga yang ditaksir
pada setiap pohon durian.
Beberapa tahun ini pemasaran
durian dilakukan sendiri dengan menjual kepasar ataupun langsung ke pedang-pedagang buah dengan harga
sampai Rp70.000 per buah durian. Jikauntuk dikirim keluar daerah durianakan
dilakukan pensortiran sesuai dengan grade
yaitu grade A, grade B,dan grade C. Harga grade A sekitar Rp. 40.000 per buah,
grade B Rp. 20.000 per buah dan Grade C Rp.15.000 per buah.
Selama budidaya di desa
pungkur ini dilakukan peraturan ketat desa dengan memberikan denda terhadapa
orang yang memalinng hasilkebun dengan denda Rp.500000 per buah yang diambil
dan disalurkan untuk pembangunan desa.
Bagian tanaman Durian yang
rontok dibiarkan terdekomposisi dengan sendirinya ditanah dan dimanfaatkan
sebagai pupuk alami. Buah durian yang rontok biasanya dilakukan fermentasi
dengan meletakkan buah padapangkal batang sampai membusuk dan dijadikan pupuk
alami. Dalambudidayanya ini petani belum mampu mengendalikan permasalahan
pembusukan durianakibat ulat saat musim buah sehingga mempenngaruhi
hasilproduksi dan pendapatan kebun.
ii) Langsat
Langsat dalam praktikum dilahan agroforestri ini merupakan tanaman
pokok yang kedua setelah durian. Langsat ditanam pada ruang antar tanaman
durian dengan jarak tanam sekitar 5 meter dengan bentukan segitiga seperti pada
kelapa sawit. Sama hal nya dengan durian budidaya langsat dengan mengandalkan cara kerja alam dan memanfaatkan
bahan organikyang ada disekitanya saja. Dalam hal pembibitan , bibit langsat
yang digunakan adalah bibit yang diambil dari anakan sekitar pohon indukan
dihutan dan ditanam dikebun. Jumlah pohon langsat yang tersediapada luasankebun
ini sekitar 500 pohon langsat.
Pengendalian yang dilakukan
dalam budidaya tanaman langsat yaitu dengan penyemprotan reagen saat berbuah
dan pengendalian lahan sama denganhalnyadurian dilakukan pengendalian gulam
sebanyak 2kali setahun dengan menggunakan herbisida. Dalam pemanenan langsat
menghasilkan ± 50 ton setiap panen selama satu bulan dengan rata-rata panen per
hari 2 ton. Harga jual pemasaran langsat berkisar dari Rp.15.000 sampai dengan
Rp. 3.000 saat mulai musim buah langsat. Pemanenan juga tergantung musim durian
dan tanaman langsat mulai menghasilkan setelah berumur lebih dari 5 tahun. Saat
kemarau atau pun musaim buah dilakukan pengendalian dengan penyemprotan bahan
kimia untuk mengusir serangga atau semut dan untuk pembesaran buah langsat. Penyemprotan semut guna untuk
meminimalisir buah rontok dan kehilangan hasil.
·
Tanah dan Lahan
Jenis tanah saat masih hutan adalah tanah gambut dengan
pengolahan yang dilakukan manual seperti dengan mencangkul, membumbun dan
membakar lahan. Pada awal pembukaan lahan untuk budidaya berbasis agroforestri
inimemiliki kendala dalam masalah pembakaran lahan karena membahayakan dan
memerlukan waktu yanglama sehingga didapatkan tanah aluvial yang bisa ditanamai
tanaman yang sesuai.
Diawal pembukaan lahan lahan ini masih dalam kondisi hutan ,lalusetelah dilakukan
pengolahan lahan dantanah sudah bisa dilakuak penanaman dimulai dengan
penanaman singkong,padi jagung ,kelapa, durian,langsat dan pisang sebagai
tanaman sela. Pengairan padalahan pertanian ini dilakukan dengan mebuatan
parit-parit untuk irigasi air dalam udidaya dan menggunakan mesin pemompair
saat kemarau.
SKEMA
BENTUKAN LAHAN PRAKTIKUM
BAB IV PENUTUP
4.1
Simpulan
Kesimpulan
dari pengamatan kunjungan agroforestry yang bertempat di Kubu Raya adalah
bahwasannya daerah ini sudah menggunakkan system agroforestry yang dimana
petani sekitar sudah menerapkan sedikitnya agroforestry yang dimana memadukan
antara tanaman langasat dengan tanaman durian, walaupun belum ditambahkan
komponen komponen yang lain seperti peternakan maupun perikanan . tetap ini
harus didukung oleh pemerintah setempat juga untuk lebih memperhatikan sector
pertanian yang ada di kubu raya yang mempunyai prospek kedepannya terhadap
kemajuan pada bidang pertanian khususnya system agroforestry.
4.2
Saran
Saran
untuk petani sekitar diharapkan bisa lebih memahami konsep dari system
agroforestry , karena system ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani sekitar
serta warga yang ada disekitar daerah area pertanian tersebut. Tanpa dilupakan
peran pemerintah yang bisa mendukung untuk warga sekitar bisa memaksimalkan
system yang sudah ada dan lebih memperbaiki system tersebut agar bisa memajukan
daerah kubu raya khususnya di sector pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi, I.,
Dan, O., Kerja, K., & Bott, R. (2014). Universitas sumatera utara. Igarss
2014, (X), 1–5. http://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Nurcholis, M.,
& Supankat, G. (2011). Pengembangan Integrated Farming System Untuk
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional
Budidaya Pertanian (Urgensi Dan Strategi), 71–84.
Nurhidayati,
Pujiwati, I., Solichah, A., Djuhari, & Basit, A. (2008). Suatu Kajian
Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan. Pertanian Organik.
Organik, S. P.
(2008). Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis sistem pertanian organik
1, 1–8.
Tropik, P.,
Sarjana, P., Usu, F. P., & No, I. (2013). Jurnal online Pertanian Tropik
Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013 ISSN No........... 9, 1(1),
9–20.
LAMPIRAN