Selasa, 10 Januari 2017

Punggur agroforesty

LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERTANIAN TERPADU DAN AGROFORESTRI DI DESA PUNGGUR KALIMANTAN BARAT
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pertanian Terpadu dan Agroforestri


Disusun Oleh:
USMAN                                 C1011141141
MUSTIKA ARSRI                 150510140122
TITO AKRAM MARZUQ     4442141863
AHMAD SUBUH                  C1011141112
MARDIANSYAH                 C101114012
FINKY                                   C101113077


Kelas:
Agroteknologi D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA

PONTIANAK
2016


Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya untuk Allah Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya semata kami telah menyelesaikan makalah “Sistem Pertanian Terpadu dan Agroforestri di desa Pungkur Kalimantan Barat tepat pada waktunya.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah lestari pada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan seluruh umatnya yang setia terhadap ajarannya hingga akhir zaman.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      Allah SWT karena telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2.      Bapak dosen sebagai pembimbing sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
3.      Rekan-rekan kelas Agroteknologi D yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca (Aamiin).


Pontianak,  09 Desember 2016


Penyusun




BAB IV     PENUTUP..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
LAMPIRAN....................................................................... ........................... 14





BAB I               PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Kondisi hutan di Indonesia saat ini sangatlah memperhatikan, karena terus mengalami penyusutan setiap tahunnya. Setiap tahun terjadi penyusutan hutan, apalagi di tambah dengan adanya penebangan liar atau illegal logging karena aktivitasnya yang tidak sah. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka kawasan hutan akan rusak dan habitatnya akan terganggu, tentunya kita semua tidak ingin itu terjadi. Penyebab lain yaitu kerusakan illegal logging, kerusakan hutan juga di sebabkan oleh lemahnya pemantapan hutan yang di tandai dengan buruknya pengelolaan sumber daya hutan dan terjadinya alih fungsi lahan hutan serta  pemerintah juga belum tegas menentukan areal hutan mana yang harus di alih fungsikan.
Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan  pemanfaatan  hutan karena hutan merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam tatanan lingkungan dibumi ini. Hutan  memiliki banyak fungsi yang sangat penting dan berguna bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Pemanfaatan hutan yaitu dengan sistem agroforestri. Agroforestri  dikembangkan  untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat,  mengubah hutan dengan cara agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian. Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga  agroforestri merupakan cabang ilmu  yang dinamis dan sangat baik diterapkan pada masyarakat.
Tetapi masalah yang dihadapi saat ini, dalam pengelolaan kawasan hutan yaitu masih rendanya pengetahuan dan keterampilan masyarakat atau petani dalam  mengelola  kawasan  hutan,melihat rendahnya proses pengelolaan hutan, maka kami sebagai Mahasiswa melakukan pengamatan tentang bio-fisik dan cara klasifikasi agroforestri agar mengetahui bagaimana tingkat proses pengelolaan masyarakat dalam menerapkan system agroforestry pada kehidupan sehari-harinya.

1.2.   Tujuan

·         Untuk  mengetahui sistem agroforestri  yang dikembangkan di desa Punggur
·         Untuk  mengenali  beberapa  system Agroforestri  dengan  cara mengenali karakteristik dan komponen penyusun Agroforestri  yang  ada di Desa Pun ggur.



BAB II            PEMBAHASAN

2.1.   Kondisi Umum

Pelaksanaan pembangunan nasional tidak hanya pada sektor – sektor industri atau semacamnya. Pertanian juga merupakan sektor dalam menuju pembangunan  nasional. Indonesia merupakan negara agraris dengan banyak jenis usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor pertanian. Kolaborasi bidang pertanian tertentu dapat dihasilkan manfaat yang lebih besar lagi. Dunia pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.  Pelaksanaan usaha pertanian saat ini kebanyakan masih dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang dapat saling mendukung tidak dapat optimal.  Pelaksanaan usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.
Pola pertanian terpadu sendiri merupakan suatu pola yang mengintegrasikan beberapa unit usaha dibidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi. Melalui pertanian terpadu, akan dapat dihasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian lingkungan yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan secara ekonomis karena penambahan nilai daya dan guna melalui efisiensi dan efektifitas tinggi serta nilai produktifitas usaha yang baik.
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan  ditanam  secara tumpang-sari  dengan  satu atau  lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman  pangan, secara  acak  dalam  petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya  kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang- kacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan  atau  jenis-jenis  tanaman lainnya.
Sistem agroforestri kompleks. Suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan diirawat oleh penduduk setempat, dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai dengan yang dijumpai di hutan. Sistem ini mencakup sejumlah besar kompnen pepohonan, perdu, tanaman semusim dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik primer maupun sekunder.
Pada dasarnya agroforestri terdiri dari 3 komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian, dan peternakan. Ketiga komponen tersebut bisa berupa pepohonan, tanaman keras, semak-semak, tanaman rambat berkayu, tanaman pertanian dan hewan-hewan. Keberadaan masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan beberapa sistem agroforestri, seperti agrosilvikultural, yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dan peternakan, dalam hal ini tidak saja hewan ternak untuk pertanian, bisa saja ikan atau lebih. Sedangkan agrosilvopastura adalah kombinasi komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan atau hewan. (Perum Perhutani, 1990) .
Dalam lingkungan masyarakat lokal dijumpai berbagai bentuk praktek pengkombinasian tanaman berkayu (pohon, perdu, palem-paleman, bambu-bambuan, dll.) dengan tanaman pertanian dan atau peternakan. Praktek tersebut dijumpai dalam satu unit manajemen lahan hingga pada suatu bentang alam (landscape) dari agroekosistempedesaan. Thaman (1988) mendefinisikan agroforestri tradisional atau agroforestri klasik sebagai ‘setiap sistem pertanian, di mana pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman atau pemeliharaan tegakan/tanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu, sosial-ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sistem (agroecosystem)’. Ada juga yang menyebut agroforestri tradisional/klasik sebagai agroforestri ortodoks (orthodox agroforestry), karena perbedaan karakter dengan yang diperkenalkan secara modern.

2.2.   Optimalisasi Lahan Melalui Sistem Agroforestri

Pola agroforestry merupakan kegiatan yang mengkombinasikan produksi tanaman semusim (tanaman pangan, obat-obatan, pakan, dll) dengan tanaman kehutanan (dapat memproduksi kayu,  dan jasa lingkungan) dalam satu hamparan yang sama. Dengan demikian dalam sekali pengusahaan dapat diperoleh tanaman pangan, kayu energi, tegakan hutan yang baik dapat menjamin ketersediaan air.
FAO (2006) mendefinisikan agroforestry sebagai suatu dinamika sistem pengelolaan sumber daya alam yang berbasis ekologi dengan mengintegrasikan penanaman pohon-pohon pada lahan pertanian dalam satu kesatuan lansekap.  Agroforestry dapat menganekaragamkan dan melestarikan produksi lahan sehingga dapat meningkatkan manfaat sosial, ekonomi dan ekologi lahan pada semua tingkatan. Dengan demikian, agroforestry adalah seni dan pengetahuan untuk memanfaatkan lahan pada hutan alam atau hutan tanaman, semak, dengan tanaman pertanian dan atau ternak pada suatu unit lahan dengan meningkatkan keanekaragaman tanaman pertanian dan produktivitas tanaman kehutanan sekaligus melestarikan sumber daya alam.  Pola agroforestry melibatkan berbagai macam tanaman dengan interaksi yang tinggi antara tanaman kehutanan dengan tanaman lainnya. Agroforestry dapat dilakukan melalui penanaman pohon pada lahan pertanian, atau dengan menanam tanaman pertanian di lahan hutan

2.3.   Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikun Agroforestri dilaksanakan  pada  hari  Sabtu tanggal 3 Desember 2016 pukul 08.00 WIb sampai selesai dan bertempat  di Desa Punggur


BAB III         METODE PRAKTIKUM

3.1.   Sejarah

Pada tahun 1885 dikala penebangan hutan hampir selesai di desa punggur kecil dibuka dan berkembang menja disuatu kawasan pemukiman masyarakat di kalimanta barat. Setelah penebangan hutan selesai dan bekas belantara itu berubah menjadi dataran yang subur, maka berdatanganlah suku-suku dan etnis ke kampung yang baru di buka. Berhubung kampung Punggur kecil sudah semakin luas kawasannya dan penduduknya semakin bertambah dan sebab-sebab lainnya, maka agar jalannya pemerintahan desa menjadi lancar dan efektif pada tahun 1938 oleh pemerintah kerajaan Kesultanan Pontianak Punggur Kecil dipecah menjadi dua yakni Punggur Kecil dan Punggur Besar, masing-masing oleh Bujang Bin Ahmad ( setelah menunaikan Ibadah haji dengan nama H. M. Nur bin Ahmad atau H. Bujang bin Ahmad ) sebagai penggawa Punggur Kecil dan Jali bin Lajim sebagai penggawa Punggur Besar.


3.2.   Kondisi Geografis

Ø  Desa                            : Punggur Kecil
Ø  Kecamatan                  : Sungai Kakap
Ø  Kabupaten                   :Kubu Raya
Ø  Provinsi                       : Kallimantan Barat
Ø  Jumlah penduduk        :11.869 jiwa tahun 2010
Desa Punggur Kapuas merupakan salah satu desa penyuplai hasil pertanian yang banyak dijumpai di pasar-pasar seperti pasar Flamboyan, pasar Mawar dan pasar-pasar tradisional lainnya, di kota Pontianak. Selama ini petani mengeluh dan mengharapkan jembatan tersebut yang merupakan transportasi mereka belum juga rampung. , mengharapkan kelanjutan pembangunan jembatan yang menghubungkan desa mereka dengan ibu kota Kecamatan Sungai Kakap guna menopang perekonomian masyarakat disana. Hingga saat ini pembangunan Jembatan semi tol yang menghubungkan desa Punggur Kapuas Kecamatan Kakap belum lagi dilanjutkan. jembatan tersebut merupakan akses tercepat bagi    masyarakat untuk menuju ke kota. Jika nantinya jembatan tersebut telah di bangun sepenuhnya, ke depan masyarakat tidak perlu lagi menggunakan transportasi penyeberangan kapal klotok karena cuma itulah akses satu-satunya dari desanya menuju ke kota.
Kabupaten Kubu Raya merupakan bagian terdepan dari provinsi Kalimantan Barat, secara geografis terletak diantara koordinat 108o35’ – 109o58’ BT dan 0044’ LU – 1001’ LS. Luas wilayah seluruhnya 6.985,20 Km2, terdiri dari 9 kecamatan dengan 4 kecamatan berada pada wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan lautan natunan.
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten terdepan di Propinsi Kalimantan Barat, hal ini di buktikan dengan adanya Bandara Supadio yang berada di Kecamatan Sungai Raya, Bandara Supadio merupakan pintu masuk menuju Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten termuda di Kalimantan Barat. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang dimiliki Kabupaten Kubu Raya, baik Bandara Supadio itu smaupun di sector pertanian, perkebunan, peternakan, perikakan, transportasi, perdagangan dan jasa serta potensi-potensi lainnya yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Namun potensi-potensi itu belum di manfaatkan secara maksimal. Misalnya masih luasnya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan, potensi perikanan di Kabupaten Kubu Raya yang belum di maksimalkan, setra asih banyak lagi potensi yang ada di Kabupaten Kubu raya.
Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai factor di antaranya adalah masih kurangnya respek Pemerintah Daerah terhadap permasalahan yang ada, minimnay bantuan modal dari luar, serta masyarakat kabupaten Kubu Raya itu sendiri yang belum dapat memanfaatkan potensi yang terkandung di Kabupaten Kubu Raya. Hal itu dapat terjadi karena banyak masyarakat kabupaten Kubu Raya yang masih belum mengetahui potensi-potensi apa saja yang ada di Kabupaten Kubu Rayayang dapat dimanfaatkan untukpeningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Kubu Raya.
Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Kubu Raya terdiri dari pertanian dan peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, per Pertanian untuk komoditas padi dan jagung merata berada di setiap kecamatan, sentra pertanian dan peternakan terpadu telah ditetapkan di Kecamatan Sungai Kakap, Rasau Jaya, Kubu dan Terentang tambangan dan pariwisata.
4 Komoditas Pinang terdapat di Kecamatan Sungai Raya, Kubu dan Batu Ampar, Kecamatan Teluk Pakedai berpotensi sebagai kecamatan peternakan Walet di Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya merupakan wilayah potensial pengembangan Udang beku, wisata agro yang terletak di Desa Punggur Kecil, serta potensi besar Tambang Pasir di Desa Arang Limbung Kecamatan Sungai Raya. Serta masih banyak lagi potensi-potensi yang terdapat di Kabupaten termuda di Kalimantan Barat.

3.3.   Data Usaha Tani Sebagai Responden Praktikum

1.      Narasumber

·         Nama                                                   : Bapak Madun Khadir
·         Umur                                                   : 70 tahun
·         Pendidikan                                          : Hanya Sampai SD (Sekolah Dasar)
·         Jumlah tanggungan  keluarga                         :3 orang
·         Pekerjaan pokok                                 : Karyawan Dilahan Perkembunan
·         Pendapatan pekerjaan pokok              : Rp. 3.000.000
·         Pekerjaan sampingan                          : Berkebun Disekitar Rumah
·         Pendapatan pekerjaan sampingan       : Tidak Menentu
2.      Luas Usaha Tani dan Produksi
·         Jenis Tanaman
i)        Durian
Durian dalam sisitem budidaya pada lahan praktikum ini sudah ada sejak tahun 1982 yang mana durian merupakan tanaman yang menjadi tanaman utama dalam pertanian sistem agroforestri ini. Durian ditanam dengan jarak tanam ± 10m dengan bentuk persegi. Penanaman durian hanya dilakukan sesuai dengan siklus alam dengan sendirinya. Seperti penggunaan pupuk yang berasal dari bahan organik serasah daun yang rontok pada lahan dan bahan organik lainnya tanpa meggunakan  pupuk kimia sama sekali. Dalam budidayanya juga penanaman durian digunakan bibit yang dibeli dari pembibitan biji dengan harga Rp3.000 per bibit. Pengendalian yang dilakukan sangat minimal dengan penyemprotan herbisida untuk pengendalian gulma sebnyak 2 kali selama setahun.
Penanaman durian dilakukan dengan sedemikian rupa dan bergantuk proses alam dengan jumlah pohon durian dalam  lahan  praktikum  ini ±300 pohon.setelah durian berumur 6-7 tahun durian sudah mulai bisa dipanen. Pemanenan durian memiliki bebebrapa kendala yaitu buah durian yang sering rontokdan busuk berulat. Hasilyang diperoleh setiap pemanenan durian sebanyak  30.000 buah durian dengantotal pendapatan berkisan Rp 200.000.000 setiap pemanenan. Pemanenan tergantuk musiman durian datang dan tanaman menghasilkan. Untuk pemasaran sendiri pada awalnya dilakukan langsungoleh pembeli dengan datang ke kebun  lalu mematok  harga yang ditaksir pada setiap pohon durian.
Beberapa tahun ini pemasaran durian dilakukan sendiri dengan menjual kepasar ataupun  langsung ke pedang-pedagang buah dengan harga sampai Rp70.000 per buah durian. Jikauntuk dikirim keluar daerah durianakan dilakukan pensortiran sesuai dengan grade yaitu grade A, grade B,dan grade C. Harga grade A sekitar Rp. 40.000 per buah, grade B Rp. 20.000 per buah dan Grade C Rp.15.000 per buah.
Selama budidaya di desa pungkur ini dilakukan peraturan ketat desa dengan memberikan denda terhadapa orang yang memalinng hasilkebun dengan denda Rp.500000 per buah yang diambil dan disalurkan untuk pembangunan desa.
Bagian tanaman Durian yang rontok dibiarkan terdekomposisi dengan sendirinya ditanah dan dimanfaatkan sebagai pupuk alami. Buah durian yang rontok biasanya dilakukan fermentasi dengan meletakkan buah padapangkal batang sampai membusuk dan dijadikan pupuk alami. Dalambudidayanya ini petani belum mampu mengendalikan permasalahan pembusukan durianakibat ulat saat musim buah sehingga mempenngaruhi hasilproduksi dan pendapatan kebun.



ii)      Langsat
Langsat dalam praktikum  dilahan agroforestri ini merupakan tanaman pokok yang kedua setelah durian. Langsat ditanam pada ruang antar tanaman durian dengan jarak tanam sekitar 5 meter dengan bentukan segitiga seperti pada kelapa sawit. Sama hal nya dengan durian budidaya langsat dengan  mengandalkan cara kerja alam dan memanfaatkan bahan organikyang ada disekitanya saja. Dalam hal pembibitan , bibit langsat yang digunakan adalah bibit yang diambil dari anakan sekitar pohon indukan dihutan dan ditanam dikebun. Jumlah pohon langsat yang tersediapada luasankebun ini sekitar 500 pohon langsat.
Pengendalian yang dilakukan dalam budidaya tanaman langsat yaitu dengan penyemprotan reagen saat berbuah dan pengendalian lahan sama denganhalnyadurian dilakukan pengendalian gulam sebanyak 2kali setahun dengan menggunakan herbisida. Dalam pemanenan langsat menghasilkan ± 50 ton setiap panen selama satu bulan dengan rata-rata panen per hari 2 ton. Harga jual pemasaran langsat berkisar dari Rp.15.000 sampai dengan Rp. 3.000 saat mulai musim buah langsat. Pemanenan juga tergantung musim durian dan tanaman langsat mulai menghasilkan setelah berumur lebih dari 5 tahun. Saat kemarau atau pun musaim buah dilakukan pengendalian dengan penyemprotan bahan kimia untuk mengusir serangga atau semut dan untuk pembesaran buah  langsat. Penyemprotan semut guna untuk meminimalisir buah rontok dan kehilangan hasil.
·         Tanah  dan  Lahan
Jenis tanah  saat masih hutan adalah tanah gambut dengan pengolahan yang dilakukan manual seperti dengan mencangkul, membumbun dan membakar lahan. Pada awal pembukaan lahan untuk budidaya berbasis agroforestri inimemiliki kendala dalam masalah pembakaran lahan karena membahayakan dan memerlukan waktu yanglama sehingga didapatkan tanah aluvial yang bisa ditanamai tanaman yang sesuai.
Diawal  pembukaan lahan lahan ini masih  dalam kondisi hutan ,lalusetelah dilakukan pengolahan lahan dantanah sudah bisa dilakuak penanaman dimulai dengan penanaman singkong,padi jagung ,kelapa, durian,langsat dan pisang sebagai tanaman sela. Pengairan padalahan pertanian ini dilakukan dengan mebuatan parit-parit untuk irigasi air dalam udidaya dan menggunakan mesin pemompair saat kemarau.

SKEMA BENTUKAN LAHAN PRAKTIKUM




BAB IV     PENUTUP

4.1 Simpulan
Kesimpulan dari pengamatan kunjungan agroforestry yang bertempat di Kubu Raya adalah bahwasannya daerah ini sudah menggunakkan system agroforestry yang dimana petani sekitar sudah menerapkan sedikitnya agroforestry yang dimana memadukan antara tanaman langasat dengan tanaman durian, walaupun belum ditambahkan komponen komponen yang lain seperti peternakan maupun perikanan . tetap ini harus didukung oleh pemerintah setempat juga untuk lebih memperhatikan sector pertanian yang ada di kubu raya yang mempunyai prospek kedepannya terhadap kemajuan pada bidang pertanian khususnya system agroforestry.
4.2 Saran
Saran untuk petani sekitar diharapkan bisa lebih memahami konsep dari system agroforestry , karena system ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani sekitar serta warga yang ada disekitar daerah area pertanian tersebut. Tanpa dilupakan peran pemerintah yang bisa mendukung untuk warga sekitar bisa memaksimalkan system yang sudah ada dan lebih memperbaiki system tersebut agar bisa memajukan daerah kubu raya khususnya di sector pertanian.








DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi, I., Dan, O., Kerja, K., & Bott, R. (2014). Universitas sumatera utara. Igarss 2014, (X), 1–5. http://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Nurcholis, M., & Supankat, G. (2011). Pengembangan Integrated Farming System Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian (Urgensi Dan Strategi), 71–84.
Nurhidayati, Pujiwati, I., Solichah, A., Djuhari, & Basit, A. (2008). Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan. Pertanian Organik.
Organik, S. P. (2008). Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis sistem pertanian organik 1, 1–8.
Tropik, P., Sarjana, P., Usu, F. P., & No, I. (2013). Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013 ISSN No........... 9, 1(1), 9–20.




LAMPIRAN






Tidak ada komentar:

Posting Komentar